Rabu, 23 Oktober 2013

semakin bingung aja

kisah perjalanan pada jaman sekarang di Indonesia akan semakin bingung aja bagi para masyarakat awam. mengapa demikian? banyak para pejabat jika bicara sukar dipegang bicaranya, sekarang bicara A besoknya bicara C.

wah inikah yang disebut jaman bingung?

Senin, 15 November 2010

Mengapa harus beda dalam penetapan Idul Adha

Saya termasuk orang yang awam memang dalam hal berbicara tentang jatuhnya Idul Adha. Tetapi akan lebih baik jika perbedaan ini menjadi sebuah penyatuan bagi semua golongan, dengan cara merevisi segera semua kalender yang dikeluarkan oleh pemerintah, agar semua golongan secara bersama-sama dapat merayakannya, pada hari dan tanggal yang sama. Rasa kebersamaan dalam menyambut hari raya islam ini akan semakin tambah semarak, penuh kegembiraan menambah nuansa dakwah yang semakin kental. Semoga umat yang ada di Indonesia akan semakin menyadari.

Selasa, 03 Februari 2009

ANALISIS TITIK IMPAS

ANALISIS TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT ANALYSIS)


URAIAN SINGKAT
Dalam salah satu fungsi manajemen dikenal dengan planning function (fungsi perencanaan) yakni fungsi yang terkait dengan suatu kegiatan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Bagi perusahaan fungsi ini sangat menentukan dalam melakukan berbagai kegiatan termasuk didalamnya menentukan terhadap jumlah laba yang dapat diperoleh atau dicapai pada waktu yang akan dating.

Perencanaan tentang berapa jumlah laba yang akan diperoleh, berapa taksiran jumlah volume produksi atau penjualan yang akan dijual, berapa jumlah biaya yang akan dikeluarkan untuk memperoleh laba tersebut, tidak lain merupakan sebuah perencanaan yang dicerminkan dalam sebuah program anggaran (budget programme) perusahaan. Pembuatan program anggaran tersebut hendaknya dibuat dalam bentuk anggaran yang efektif sehingga dapat mendekati pencapaian sasaran yang telah disusun sebelumnya.
Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan, misalnya:
a. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan harga jual dan volume penjualan.
b. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang ingin dicapai.
c. Sedapat mungkin meningkatkan volume penjualannya.

Untuk keperluan di atas, manajer memerlukan sebuah alat analisis yang dikenal dengan analisis titik impas (Break Even Point Analaysis). Analisis ini menekankan pada hubungan antara biaya, harga jual dan volume penjualan dan laba atau dikenal dengan istilah cots, profit, volume analaysis. Pada saat perusahaan mencapai hasuk dari target penjualannya, tetapi jika dibandingkan dengan biayanya masih saja menghasilkan laba atau rugi, berarti perusahaan belum mencapai pada titik impas/break even. Tetapi, pada saat target penjualannya sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan sudah mencapai titik impas, atau dengan kata lain, terdapat laba/rugi yang besarnya nol rupiah.

ANGGAPAN-ANGGAPAN DALAM ANALISIS TITIK IMPAS
Beberapa anggapan yang dimaksud adalah:
a.Biaya dapat dipisahkan dengan jelas antara biaya tetap dan biaya variable.
b.Biaya tetap secara total bersifat konstan sampai pada tingkat kapasitas penuh dan pada skala range tertentu, sedangkan secara per unit akan berubah-ubah. Biaya ini akan selalu terjadi meskipun perusahaan tidak beroperasi.
c.Biaya variable secara total bersifat berubah-ubah secara proporsional antara volume penjualan dan biaya per unitnya, sedangkan secara per unit bersifat tetap.
d.Harga jual per satuan adalah tetap pada tingkat berapun jumlah satuan barang yang dijual.

CARA MENENTUKAN BESARNYA NILAI TITIK IMPAS
Ada 2 (dua) pendekatan yang sering digunakan dalam menghitung besarnya nilai dari titik impas, yaitu:
1.Dengan berdasarkan pada metode coba-coba (trial and error)
Metode ini mencoba untuk menghitung besarnya titik impas dengan berdasarkan hasil perhitungan selisish antara nilai penjualan dengan total biayanya pada tingkatan volume penjual dan hasil penjualan tertentu.
Untuk lebih jelasnya perhatikan, contoh di bawah ini:

Diketahui:
Jumlah rencana penjualan dalam unit sebesar 1000 unit
Harga jual per unit Rp 100,00
Biaya tetap Rp 40.000,00
Biaya variable per unit Rp 20,00

Penyelesian:
UNIT NILAI BIAYA BIAYA TOTAL LABA/
JUAL JUAL VARBEL TETAP BIAYA (RUGI)

100 10000 2000 40000 42000 (32000)
200 20000 4000 40000 44000 (24000)
300 30000 6000 40000 46000 (16000)
400 40000 8000 40000 48000 (8000)
500 50000 10000 40000 50000 0 (Nol)->BEP
600 60000 12000 40000 52000 8000
700 70000 14000 40000 54000 16000
800 80000 16000 40000 56000 24000
900 90000 18000 40000 58000 32000
1000 100000 20000 40000 60000 40000



2.Dengan berdasarkan pada formula tertentu

a.Formula berdasarkan pada nilai rupiah

Biaya tetap
BEP =
Biaya variable
1 -
Penjualan










b. Formula berdasarkan pada nilai satuan/unit


Biaya tetap
BEP =
Harga jual/unit – Biaya variable/unit

Dengan mendasarkan pada contoh soal di atas, maka besarnya nilai titik impas jika dihitung dengan metode formula adalah sebagai berikut:

a. Formula berdasarkan pada nilai rupiah

Biaya tetap
BEP =
Biaya variable
1 -
Penjualan

Rp 40.000,00
BEP =
Rp 20,00 x 1000
1 -
Rp 100,00 x 1000


Rp 40.000,00
BEP =
Rp 20.000,00
1 -
Rp 100.000,00


Rp 40.000,00
BEP =
1
1 - (0,20)
5


Rp 40.000,00
BEP =
0,80

BEP (Rp) = Rp 50.000,00

BEP (unit) = Rp 50.000,00 : Rp 100,00 = 500 unit

b. Formula berdasarkan pada nilai satuan/unit

Biaya tetap
BEP =
Harga jual/unit – Biaya variable/unit


Rp 40.000,00
BEP =
Rp 100,00 – Rp 20,00


Rp 40.000,00
BEP =
Rp 80,00


BEP = 500 unit


BEBERAPA KEMUNGKINAN TERJADINYA NILAI TITIK IMPAS YANG BARU, SEPERTI:
Ada berbagai kemungkinan terjadinya titik impas dapat terjadi:
a. Terdapat perubahan pada biaya tetapnya.
b. Terdapat perubahan pada biaya variabelnya.
c. Terdapat perubahan pada biaya tetap dan biaya variabelnya secara bersama-sama dengan tingkat perubahan yang sama dan atau berbeda.
d. Terdapat perubahan pada harga jual per unit, karena perusahaan menginginkan laba tertentu dari harga jual semula.
e. Kombinasi dari a, b dan c.


MARGIN OF SAFETY (TINGKAT KEAMANAN PENJUALAN)
Margin of safety merupakan hubungan atau selisih antara penjualan yang dianggarkan atau tingkat penjualan tertentu dengan tingkat penjualan pada BEP. Jika dinyatakan dalam ratio (prosentase), margin of safety merupakan selisish antara penjualan yang dianggarkan dan penjualan pada BEP dengan penjualan yang dianggarkan.
Formula dari Margin of Safety dapat dinyatakan sebagai berikut:

Penjualan yang dianggarkan
Margin of Safety (M/S) =
Penjulan pada tingkat BEP

Atau dapat dicari dengan cara:

Penjualan dianggarkan – Penjualan pada BEP
Margin of Safety (M/S) =
Penjulan dianggarkan


Dengan mendasarkan pada contoh perhitungan BEP di atas, maka besarnya Margin of Safety dapat dicari sebagai berikut:

Rp 100.000,00 (1000 x Rp 100)
Margin of Safety (M/S) =
Rp 50.000,00

Margin of Safety (M/S) = 200% (200%-100%=100% dari penjualan BEP = Rp 500.000
atau 500 unit)

Atau dapat dicari dengan cara:

Rp 100.000 – Rp 50.000
Margin of Safety (M/S) = x 100%
Rp 100.000

Rp 50.000
Margin of Safety (M/S) = x 100%
Rp 100.000

= 50% (hasil penjualan = 50% x Rp 100.000,00 =Rp 50.000,00
atau 500 unit)

GRAFIK TITIK IMPAS (Break Even Point)


TR,TC, BV
Daerah laba TR


TC


Titik Impas

Biaya tetap


Unit
Daerah rugi









LATIHAN SOAL


PT “ALAMAL” LTD.
BUDGET LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2007


Budget penjualan (1000 unit @ Rp 500) ………………………………… Rp 500.000,00

Budget biaya:
Tetap Variabel
- Bahan baku langsung ........................ - Rp 50.000,00
- Tenaga kerja langsung....................... - Rp 40.000,00
- Overhead pabrik................................ Rp 30.000,00 Rp 20.000,00
- Biaya penjualan................................. Rp 20.000,00 Rp 30.000,00
- Biaya penjaga toko............................ Rp 10.000,00 -
- Biaya sewa........................................ Rp 50.000,00 -
- Biaya telpon......................................... Rp 20.000,00 -
- Biaya listrik………………………….. Rp 15.000,00 Rp 10.000,00
- Biaya air……………………………... Rp 10.000,00 -
- Biaya administrasi dan umum……….. Rp 10.000,00 Rp 25.000,00
- Biaya penyusutan mesin pabrik............ Rp 10.000,00 -
- Biaya penyusutan gedung pabrik.......... Rp 20.000,00 -
- Gaji pegawai kantor.............................. Rp 30.000,00 -

Rp 225.000,00 Rp175.000,00
Rp 400.000,00
Laba yang dibudgetkan.......... Rp100.000,00


Dari data laporan laba rugi di atas tentukanlah:
1. Besarnya Titik Impas (BEP) baik dalam nilai Rp dan unit
2. Besarnya Margin of Safety (M/S) dan tafsirkanlah hasilnya
3. Besarnya laba yang baru (dalam %), jika perusahaan ingin menaikkan M/S menjadi 35%
4. Besarnya titik impas yang baru, jika biaya tetap turun 20%
5. Besarnya titik impas yang baru, jika biaya variabel naik 30%
6. Besarnya titik impas yang baru, jika harga jual naik 15%, sedangkan volume penjualan turun 5%.
7. Gambarkan pertanyaa pada no 4 dan 5 dalam bentuk grafik
8. Besarnya titik impas yang baru dalam keadaan ”Shut Down Point”, jika biaya tetap tunainya sebesar Rp 125.000,00

Senin, 02 Februari 2009

Hubungan Keangan antara Pemerintah Pusat Daerah Kasus Propinsi Sumatera Selatan

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur :mbungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif terhadap data-data yang relevan dikaitkan dengan teori dan alat analisis yang sudah pernah digunakan dalam penelitian ekonomi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan : Pertama, Koefisien trend pajak pusat !lIltuk daerah lebih besar dari pada koefisien trend Pendapatan Asli Daerah, berarti ketergantungan keuangan Propinsi Sumatera Selatan terhadap Pemerintah Pusat cukuptinggi. Koefisien trend Pendapatan Asli Daerah lebih besar daripada koefisien trend subsidilbantuan pusat, namun secara absolut prosentase bantuan pusat terhadap total penerimaan daerah lebih besar dari PAD ini berarti ketergantungan keuangan daerah terhadap Pemerintah Pusat masih tinggi. Kedua, Posisi PAD bila diukur dengan upaya pengumpulan PAD dan indeks penampilan PAD pada umumnya berada di atas tingkat PAD standar, menunjukkan manajemen perpajakan daerah sudah baik dan memperkuat posisi fiskal daerah. Ketiga, Kegiatan Pemerintah Daerah yang tercermin dalam PDRB berpengaruh atau elastis terhadap PAD, bila Pemerintah Daerah bermaksud menaikan P ADnya harus mampu menaikkan pelayanannya kepada masyarakat, dan masyarakat akan membayamya dengan pajak daerah dan retribusi daerah yang tinggi pula. Keempat, Bantuan umum (DAU) tetap didasarkan pertimbangan akademisi keuangan yaitu membandingkan Financial Capacity (Potensi Ekonomi Daerah) dengan Financial Necessity (Kebutuhan Wilayah Otonomi Daerah), dari formulasi tersebut jumlah bantuan yang seharusnya diterima dan jumlah riil bantuan yang diterima Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan tidak sama. Ini menunjukkan formulasi menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1999 belum dapat diterima secara umum dan masih di wamai oleh budaya lobby dan kepentingan politis yang lebih besar.

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Perpustakaan/Koleksi+Artikel/default.aspx?iddl=44748 by Jobn Darwin